Ingin ku bunuh pacarmu..
Saat dia cium bibir merahmu..
Di depan kedua mataku..
Hatiku terbakar jadinya, sakit..
Ohh aku cemburu..
Ingin kubunuh pacarmu..
Saat dia peluk tubuh indahmu..
Di depan teman-temanku..
Patah hati jadinya, sakit..
Aku cemburu..
Meskipun aku pacar rahasiamu..
Meskipun aku selalu yang kedua..
Tapi aku manusia yang mudah sakit hatinya..
Mungkin memang nasibku yang selalu melugu untuk jadi yang pertama..
Ingin aku katakan padanya saja..
Bahwa aku juga milikmu..
Bahwa aku juga kekasih hatimu..
ingin kubunuh pacarmu..
saat dia peluk tubuh indahmu..
aku cemburu..
Wednesday, May 27, 2015
Kasih Putih - Diva STEREO (cover Glenn Fredly)
Sedalam yang pernah kurasa
Hasratku hanyalah untukmu
Terukir manis
Dalam renunganku jiwamu jiwaku menyatu
Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhi ku berilah diriku kasih putih di hatiku
Wooooooo
Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku berilah diriku kasihmu
Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhi ku berilah diriku kasih putih di hatiku
Hasratku hanyalah untukmu
Terukir manis
Dalam renunganku jiwamu jiwaku menyatu
Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhi ku berilah diriku kasih putih di hatiku
Wooooooo
Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku berilah diriku kasihmu
Biarkanlah kurasakan hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhi ku berilah diriku kasih putih di hatiku
Monday, February 2, 2015
Televisi Anak
Hai Gaesss.. Ogenki desu ka? (Artinya apa kabar dalam bahasa Jepang)
Sy harap semua dalam keadaan yang baik dan bahagia yaa... Weitsss It's Monday? Don't worry, it will end in 24 Hours so enjoy it.. (sok Inggris bgt ini, salah maaf yakk)
Di pagi menjelang siang ini, ditengah-tengah KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang sedang sy lakukan, tiba-tiba sy mendapat ide untuk membahas satu masalah penting bagi masyarakat Indonesia yang merupakan konsumen televisi. Bukan mengenai acara apa atau di saluran yang mana yang akan sy bahas saat ini, namun mengenai televisi berlangganan seperti In**vi**on dan kawan lainnya yang sejenis dengan perusahaan yang memberi layanan berupa televisi berlangganan.
Televisi berlangganan ini tidak hanya dapat menyiarkan saluran televisi pemerintah maupun swasta nasional, namun juga dapat menangkap saluran internasional. Keuntungan yang didapat dengan menggunakan televisi berlangganan ini adalah semakin luasnya informasi yang dapat diterima oleh pemirsa dari berbagai mancanegara, serta dengan adanya saluran khusus yang dapat dinikmati oleh pemirsa juga. Maksud dari saluran khusus ini adalah seperti saluran khusus olahraga yang menayangkan acara olahraga dari pagi hingga malam, atau khusus anak-anak, khusus dewasa, khusus drama, dan lainnya. Seorang ayah yang ingin menikmati saluran olahraga dapat tinggal menikmati satu saluran olahraga yang biasanya tanpa iklan (sekalipun ada biasanya sangat sebentar), ibu yang ingin menikmati acara demo memasak pun juga tinggal memindahkan saluran televisi khusus memasak, serta anak yang ingin menikmati acara kartun juga dapat langsung memindahkan saluran ke acara anak-anak. Namun..... ada satu masalah yang terlupakan dari kemudahan yang diberikan televisi berlangganan tersebut, yaitu masalah ketika anak-anak dibawah umur dengan mudahnya mengganti saluran televisi bukan ke saluran anak-anak namun ke saluran khusus dewasa.
Hal ini menjadi pengalaman dari sy sendiri, bukan sy sebagai anak-anak yg menonton acara dewasa.... melainkan sepupu sy yg usianya belum menginjak remaja sedang asyik menikmati acara yang belum waktunya mereka konsumsi. Orang tua yang bekerja dengan penghasilan yang jauh dari cukup, tetapi berlebih. Maka, dapat memasang televisi berlangganan di rumahnya, namun mereka yang bekerja tidak dapat terus memantau apa yang dilakukan anak, apa yang ditontonnya saat mereka asyik memilih acara yang menurutnya menarik bagi mereka tanpa mereka ketahui apakah mereka sudah pantas melihat acara tersebut atau tidak.
Beberapa hari yang lalu sy memergoki sepupu sy yg sedang menonton acara remaja yang penuh dengan adegan mesra bahkan dengan kata-kata yang belum waktunya didengar oleh anak-anak seumurannya. Sepertinya televisi berlangganan tidak menerapkan sensor pada acara yang akan ditayangkan oleh mereka. Memang sensor pada televisi biasa saja sangat layak untuk ditertawakan, kenapa begitu? Karena sesuatu yang diblur justru akan mengundang pertanyaan bagi anak-anak yang penasaran dan ingin mengetahui gambar apa yang ditutupi tersebut. Dijaman sy kecil (anak-anak), sensor film tidak selebay itu, namun orang tua yang selalu ada dan mendukung untuk menonton televisi akan mengarahkan anaknya saat melihat acara di televisi.
Namun, untuk televisi berlangganan, yang lebih vulgar pun dapat ditemukan oleh anak-anak tanpa susah payah. Mereka akan semakin penasaran dengan apa yang belum mereka lihat di dunia nyata dan kemudian semakin sering melihat saluran televisi tersebut tanpa diketahui oleh orang tuanya, tanpa ada yang mendampingi dan mengarahkan mereka, maka mereka akan segera mempersepsikan sendiri apa yang mereka lihat. Baik ataupun buruknya tidak akan mereka ketahui dan pedulikan.
Jadi, apakah sebenarnya televisi berlangganan baik untuk anak? atau televisi biasapun kini juga semakin mengancam generasi masa depan? Atau orang tua kini semakin lengah dalam mendidik anak mereka? Atau lembaga sensor yang telah lengah dengan keberadaan televisi berlangganan? Entahlah, yang pasti saran dari sy adalah, apapun televisi yang Anda gunakan di rumah Anda, pastikan anak-anak dibawah umur dapat menikmatinya dengan pengawasan dari orang yang lebih tua (dewasa). Sehingga mereka dapat dibimbing saat melihat apa yang kurang baik untuknya.
Namun, untuk televisi berlangganan, yang lebih vulgar pun dapat ditemukan oleh anak-anak tanpa susah payah. Mereka akan semakin penasaran dengan apa yang belum mereka lihat di dunia nyata dan kemudian semakin sering melihat saluran televisi tersebut tanpa diketahui oleh orang tuanya, tanpa ada yang mendampingi dan mengarahkan mereka, maka mereka akan segera mempersepsikan sendiri apa yang mereka lihat. Baik ataupun buruknya tidak akan mereka ketahui dan pedulikan.
Jadi, apakah sebenarnya televisi berlangganan baik untuk anak? atau televisi biasapun kini juga semakin mengancam generasi masa depan? Atau orang tua kini semakin lengah dalam mendidik anak mereka? Atau lembaga sensor yang telah lengah dengan keberadaan televisi berlangganan? Entahlah, yang pasti saran dari sy adalah, apapun televisi yang Anda gunakan di rumah Anda, pastikan anak-anak dibawah umur dapat menikmatinya dengan pengawasan dari orang yang lebih tua (dewasa). Sehingga mereka dapat dibimbing saat melihat apa yang kurang baik untuknya.
Tanah Ini Masih Tanah Surga
“Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu, tiada
topan tiada badai kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu….” Masih
ingatkah kita pada penggalan lirik lagu tersebut? Lagu yang dinyanyikan oleh
Koes Ploes dengan judul ‘Kolam Susu’ tersebut pertama kali diputar pada tahun 70–an,
menceritakan betapa kayanya alam di Indonesia dan dengan iklim yang baik tanpa
adanya topan maupun badai yang menghampiri. Namun apa kabarnya Indonesia kini?
Semakin banyak alam yang rusak, bencana datang karena ulah masyarakatnya seniri,
hingga polusi yang semakin merajalela, lalu masih pantas dan layakkah tanah
kita ini disebut tanah surga? Bahkan diatas satu tumpengan nasi kuning dan
kawan-kawannya dalam menyambut upacara adat pun berisi hasil pangan negara
lain. Jika memang tanah kita adalah tanah surga, lalu masih haruskah kita impor
aneka bahan pangan yang sebenarnya bisa kita dapatkan di tanah kita sendiri?
Mirisnya, masih banyak hal lain yang kita dapatkan dari negara-negara tentangga
lainnya, mulai dari gadget, otomotif, bahkan mainan anak-anak sekalipun bukan
buatan asli negara kita. Sedikit demi sedikit yang kita miliki diakui oleh
negara lain sebagai milik mereka. Kita ini merdeka? BELUM, jelas belum,
sadarlah kita ini masih dan sedang dijajah. Memang tak seperti jaman perjuangan
45 dulu yang jelas kita berperang melawan penjajah di depan mata dengan
menggunakan bambu runcing sebagai senjata sekedarnya melawan senjata api milik
para penjajah. Tetapi kini kita tetap tak bisa diam, masih banyak hal yang
perlu diperjuangan demi bangsa ini. Kita yang mengira telah benar-benar merdeka,
sebenarnya sedang menjadi umpan lezat bagi negara-negara tetangga yang
sebenarnya tahu dimana letak kelemahan kita.
Mereka
mengetahui dimana letak kelemahan kita, bukanlah suatu hal yang baru. Bahkan
sebenarnya kita sadar namun tidak berusaha memperbaiki. Semua memilih diam,
mencoba menutupi dan pura-pura tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Kita
ini terlalu mempedulikan dan mengangkat hal-hal kecil dan mengubur dalam-dalam
hal-hal yang besar. Bukan maksud kita diamkan juga hal kecil, tetapi jangan
kubur hal besar. Terlalu menonjolkan apa yang sebenarnya tidak terlalu
masyarakat perlu untuk tahu. Masyarakat sudah terlalu hafal apa saja yang ada
di negeri ini tanpa mereka tahu hal apa yang sebenarnya ada didalamnya. Tanpa
mereka sadari hal itu sebenarnya sedang berusaha “menutupi” masalah lain yang
seharusnya lebih menjadi pusat perhatian bangsa. Berhenti untuk tetap diam dan
menutup mata, telinga serta mulut untuk mulai melakukan gerakan. Kita tahu dan
memang harus tahu masalah utama yang sedang dialami negeri ini. Hentikan impor
bahan pangan dan mulailah mengangkat bahan pangan negeri dan jika mampu lebih
baik kita yang ekspor ke negara tetangga. Mulailah menyukai segala produk dalam
negeri, bukan hanya berupa saran tetapi buktikan kalau produk dalam negeri
mempunyai kualitas yang setara bahkan lebih baik dari produk luar.
Selain
itu, sadarkah bencana apa yang paling sering melanda negeri kita, khususnya ibu
kota? Ya Banjir menjadi hal yang biasa. Mendengar musim rambutan, musim mangga,
musim kemarau, musim hujan, lalu apa bisa dikatakan musim banjir dan dianggap hal
yang biasa seperti musim-musim lainnya yang tadi disebutkan? Jangan hanya
berkata, tetapi lakukanlah sebuah tindakan, jangan hanya mengandalkan orang
tetapi cobalah mulai dari diri sendiri. Jangan terlalu dan selalu mengemis
kinerja pemerintah untuk memperbaiki itu semua, tetapi cobalah berkaca apakah
kiranya tindakan kita sendiri sudah benar dalam menghindari banjir. Apakah kita
pernah berjuang demi bangsa, melindungi serta merawat sumber daya alam dan
lingkungan negeri ini. Wujudkan sudut pandang kaca mata Koes Ploes dalam lirik
lagu ‘Kolam Susu’, bahwa negeri kita ini kaya, negeri kita ini luar biasa,
tanah air kita ini adalah tanah surga. Bangkitkan perjuangan bangsa dalam
mempertahankan kemerdekaan, karena tanah surga ini terlalu indah untuk terjajah
kembali.
Buka Mata, Buka Telinga, Untuk Bangsa
Dapatkah kita mengatakan pendidikan di
Indonesia dalam keadaan yang baik? Atau justru telah memasuki masa kritis dan
miris? Seperti dalam hal terbukanya beraneka lomba dan olimpiade dalam bentuk
penelitian ilmiah yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Begitu
banyak anak bangsa yang berminat dalam mengikuti beragam macam penelitian yang
kemudian diserahkan pada suatu perlombaan maupun olimpiade tersebutr. Begitu
besar minat mereka dalam membangun bangsa menjadi lebih baik dalam segala
bidang dan tentunya dilihat dari segi pendidikan dengan mengikuti setiap
lomba/olimpiade tersebut. Apalagi bila diperhatikan yang mereka teliti adalah
kasus atau masalah yang ada di dalam bangsa. Undangan berbagai lomba maupun
olimpiade terus berdatangan bahkan terbuka luas, bagi para siswa, mahasiswa,
dosen maupun untuk umum.
Bagi para pencari kasus (peneliti) yang ada dalam
bangsa, ini merupakan tiket emas bagi mereka untuk membedah kasus-kasus yang
ada di dalam bangsa dan kemudian dipublikasikan. Mereka pun terus mengasah otak
guna mencari segala kasus dan membedahnya dengan berbagai teori maupun
metodologi yang ada. Namun apakah penelitian yang mereka lakukan benar-benar
berguna bagi bangsa dan negara? Mereka yang terus berpikir kritis hanya
menyuguhkan sejumlah materi dan teori tanpa adanya suatu gerakan berupa praktik
maupun solusi untuk membenahi/memperbaikinya. Sekalipun ada segelintir kalimat
atau paragraf yang berisi saran atau solusi, apakah bangsa benar-benar
melakukannya atau setidaknya memikirkan saran yang ada dan diaplikasikannya
guna memperbaiki bangsa? Dari berbagai pernyataan dan pertanyaan yang ada, hal
yang paling mengganggu pemikiran adalah, apakah penelitian-penelitian yang
dilakukan hanya akan menjadi beban bagi para peneliti bangsa atau sekedar
‘embel-embel’ (basa basi) pendidikan?
Masalah pertama dan yang paling utama menjadi penghalang kemajuan bangsa
di dalam bidang pendidikan adalah kesulitan dalam menyatakan suatu pendapat. Para
peneliti masih merasa sulit untuk menembus berbagai kasus yang ada di dalam
bangsa dengan alasan ketakutan dalam berpendapat. Sampai salah kata berasumsi
di dalam penelitiannya, maka akan menjadi bumerang bagi peneliti tersebut.
Padahal pendapat pribadi peneliti bisa jadi sumber solusi besar dalam
memperbaiki kasus bangsa yang ada. Betapa mirisnya jika disadari justru semakin
banyak kasus di dalam bangsa yang hadir disebabkan oleh pendapat yang
disampaikan. Pendapat peneliti yang tertulis dalam penelitiannya namun tidak
didukung sumber terpercaya atau yang relevan maka akan dianggap sebagai suatu
penelitian yang kurang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Padahal jika
mereka perhatikan lagi isi dari pendapat pribadi peneliti tersebut, bisa jadi
terdapat jawaban/solusi dari setiap permasalahan yang ada dalam bangsa. Bangsa
ini terlihat kurang terbuka untuk orang-orang yang bagi mereka baru dalam
bidangnya. Padahal orang-orang baru itu tak sepatutnya dipandang sebelah mata,
karena bisa jadi merekalah yang berkemungkinan memiliki inteligensi yang tinggi
dalam membangun bangsa menjadi lebih baik. Jangan sampai seolah bangsa terlihat
tidak ingin benar-benar belajar apa yang sedang terjadi di dalam bangsa dan berapa
banyak kasus-kasus yang ada didalamnya dan sudah berada di ujung tanduk.
Kehebatan
pendidikan di dalam negeri ini bukan hanya dilihat gratisnya biaya sekolah,
kurikulum yang baik, ujian-ujian yang seolah mencari orang-orang yang
benar-benar berprestasi yang bisa lulus sekolah, atau besarnya biaya yang turun
sebagai modal penelitian mahasiswa serta dosen, tetapi apabila orang-orang yang
dihasilkan dari pendidikan bisa menjadi orang yang membenah dan memperbaiki
bangsa dan bukan hanya secara teoritis namun melalui praktiknya. Buktikan bahwa
apa yang telah dididik oleh bangsa dapat ia kembalikan pula pada bangsa dan
negaranya. Mulai sekarang cobalah untuk buka mata, buka telinga, untuk bangsa.
Wednesday, January 28, 2015
^$#%$^&%&$^*&%^#%#)(%$#&^*
I'm not in the good mood.. just want someone come to me and give me some candy or lollipop..hmm I want a chocolate too... :9 I'm gonna be crazy woman now.... I miss him so much..!! T__T
Regards,
me
Regards,
me
Tuesday, January 27, 2015
KKL (Kuliah Kerja Lapangan)
Hey gaesss..... wanna share something nih.. O ya maaf ya buat para pembaca (itu juga kalo ada..), maaf bgt sy udah lama banget enggak nulis di blog ini. Maklum sy baru saja menyelesaikan Penelitian Ilmiah untuk mendapatkan gelar D3 di salah satu univ. swasta di daerah Depok nun jauahhh dimato.. :D Setelah disibukkan dengan penelitian tersebut, kini sampailah saya pada masa KKL (Kuliah Kerja Lapangan). KKL menjadi salah satu syarat dari kampus sy kuliah untuk melanjutkan pembuatan skripsi demi mendapatkan gelar selanjutnya.
Sedikit info, sy kini menjadi salah satu karyawan (selama 2 bulan) di PT. GL (inisial aja ya) sebagai GA (General Affair), selain itu jg sebagai resepsionis (itulohh yg suka jagain telpon biar ga kabur). Boleh ya share dikit pengalaman sy selama bekerja di PT tersebut... :) keep scroll down...
Ini adalah pertama kali buat sy merasakan pengalaman bekerja dalam salah satu perusahaan. Bekerja sama dengan karyawan lainnya, serta menerapkan tata krama saat bekerja yang jelas terasa berbeda jika dibandingkan dengan kebiasaan sy di kampus atau kamar kost (my kingdom..like in BM said, "Nobody's gonna tell me I can't"). Disini, di tempat sy bekerja, sy bertemu dengan beragam jenis karyawan (maksud dr jenis bukan spesies atau jenis kelaminnya yaaa....). Dari yang paling ramah hingga yang paling jutek ada dalam satu perusahaan ini. Sebenarnya, sy belum bisa men-judge mereka karena waktu KKL yang singkat tidak mungkin sy benar-benar mengenal mereka. Tetapi inilah kesan sy terhadap perusahaan tempat sy KKL. Please keep scroll down.... *memelas*
Well, pada awalnya sy bekerjasama dengan seorang ibu-ibu baik sebut saja ibu W. Ibu ini mengajarkan hal yang sebenarnya sepele, namun banyak yang tidak sy perhatikan sebelumnya. Seperti dari segi kerapihan, kebersihan, dan tata krama dengan beberapa atasan (satu orang beda penanganan). Berikutnya sy bekerjasama dengan mba-mba baik nan lucu dan menyenangkan sebut saja mba L, dia mengajarkan bagaimana bersikap ramah-tamah hanya dengan suara (menjawab telpon) dan juga mengajari perihal kepraktisan dalam bekerja (How a super women she is?? *excited*). Tidak hanya itu, tetapi saya lebih mengerti bagaimana untuk selalu saling menjaga perasaan orang lain saat bekerja agar tercapainya keharmonisan dalam perusahaan tersebut.
Sebenarnya tidak hanya dengan kedua karyawan tersebut, namun sy juga dapat berinteraksi dengan karyawan lainnya, seperti para supir kantor, messenger, kurir, dan lain sebagainya.... Mereka baik, ramah, menyenangkan dan menjadi penyemangat untuk setiap harinya bangun pagi (bukan sy banget kan??) dan pulang maghrib. Melelahkan, namun sangat menyenangkan (tanoshi desu ne :3). Kalau boleh jujur, sebenarnya sudah sangat betah, sampai lupa kalau sebenarnya masih berstatus mahasiswi.. -_____-
Yang menyedihkan dalam KKL adalah perintah untuk segera menyelesaikan laporan yang kemudian akan diberikan kepada pihak kampus.. menyedihkan T__T
Baiklah para pembaca (yang mungkin ada), sampailah kita pada penghujung tulisan... berhubung sudah masuk jam makan siang, dan cacing lucu peliharaan pada mulai demo, jadi see yaa di tulisan selanjutnya.. tx a lot...
Subscribe to:
Posts (Atom)