Pagi hari ini saya terbangun dengan
mata yang bengkak, wajah yang kusut, rambut berantakan dan enggak ada niat
sedikit pun untuk berangkat kuliah. Mengingat hari ini adalah mata kuliah
Statistika yang jelas jauh dari minat saya (Memang apa minatnya? Enggak ada).
Saat ini pun saya mengetik tulisan enggak jelas ini ditengah-tengah dosen
tercinta mengajar, tapi karena rasa kantuk yang luar biasa melanda akhirnya
saya memilih untuk bercerita ngalor
ngidul. Ada salah satu dosen saya yang menasihati agar sebagai mahasiswa,
kami harus rajin membaca dan menulis agar dapat berpikir lebih kritis dengan
wawasan yang lebih luas. Yang dimaksud dosen tentunya membaca dan menulis apa
yang sesuai dengan mata kulah, jurusan, dan fakultas yang sedang dijalani saat
ini, kebetulan saya bagian dari mahasiswi Ilmu Komunikasi maka seharusnya
tentang Komunikasilah yang saya pelajari. Namun kesukaan saya yang lebih
dominan membaca novel dan menulis hal-hal yang enggak jelas membawa saya
kesini. Pada kesempatan kali ini, entah kenapa saya tertarik untuk membahas
tentang anak jalanan.
Pernahkah kalian melihat anak jalanan?
Anak-anak dibawah umur yang berada di jalanan, mengamen, mengemis dengan wajah
yang memelas sehingga membuat orang-orang di sekitarnya merasa kasian dan iba
sehingga memberikan beberapa receh atau lembaran uang untuknya. Atau pernah
merasa kesal dengan mereka yang meminta dengan paksa? Sehingga kalian memberi
mereka uang hanya karena merasa takut mereka bertindak nekat dan mencelakai
kalian? Atau ada yang punya kisah lain? Saya pribadi pernah mengalami kisah
yang berbeda dari yang sudah saya tanyakan sebelumnya, yaitu menemukan anak
jalanan yang dengan sengaja mengotori wajahnya, mengemis, mengamen hanya demi
diberi uang untuk main ke warnet. Ya mereka dengan asyik pergi ke warnet dan
bermain game online. Sebenarnya mereka bukanlah anak-anak dari keluarga yang
kurang mampu, sebagian dari mereka adalah anak-anak dari keluarga sederhana
namun berkecukupan. Rasa malas mereka untuk sekolah membawa mereka ke pintu
gerbang warnet (apa kali pintu gerbang warnet -_-). Uang saku yang jelas
diberikan oleh orang tua mereka dengan maksud untuk jajan (makanan) berakhir di
laci keuangan warnet. Dan bagi mereka yang sudah ketagihan dengan euforia
kemenangan pada games-games tertentu tetapi tidak memiliki uang lebih dan
merasa takut jika harus meminta uang saku tambahan dari orang tua mereka, maka
mereka nekat menjadi anak-anak jalanan palsu demi mendapatkan uang tambahan.
Lalu siapa yang harus disalahkan atas
peristiwa tersebut, apakah industri warnet? Apakah para kreator games? Apakah
orang tua anak-anak jalanan palsu tersebut? Atau dari anak-anak itu sendiri?
Sulit untuk memastikan siapa yang bersalah. Karena tidak jarang didikan orang
tua yang sudah baik, tapi dari anaknya sendiri yang akhirnya melakukan
kesalahan. Memang sejak dini anak-anak harus diajarkan hal-hal baik dari
keluarga, pendidikan agama dan pendidikan sosial pun wajib turut serta mendampingi
anak sejak dini. Namun ajaran-ajaran dari lingkungan sekitarlah yang biasanya
lebih memengaruhi anak dalam membentuk sifat dan sikap pada kesehariannya.
Anak-anak tidak dapat dituntut terlalu mengikuti peraturan, ada kalanya orang
tua hanya memperhatikannya dari belakang dan menyentuh bahkan memegangnya hanya
disaat dia butuh atau mulai keluar dari jalurnya. Anak-anak yang terlalu
dikekang biasanya akan menjadi liar di kemudian hari, karena mereka baru merasa
bebas dan selalu ingin mencoba segala hal yang baru entah hal baik maupun hal
yang kurang baik untuk mereka. Mereka yang sebelumnya merasa terkurung hingga
kurangnya pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap dunia luar akan membuat
mereka salah jalan.
Masuknya dunia globalisasi memang
disertai hal-hal positif namun tidak menutup kemungkinan membuka jalan bagi
hal-hal negative. Kecanduan anak terhadap warnet dengan berbagai macam alas an seperti
mengerjakan tugas sekolah dan searching
materi-materi guna menambah wawasan justru dapat membawa mereka ke jurang. Dari
situs-situs game online hingga situs-situs porno dapat mereka dapatkan dengan
mudahnya tanpa pengawasan ketat dari orang yang lebih dewasa di sisinya. Maka sebaiknya para orang tua harus lebih
waspada kemana uang saku yang telah Anda berikan pada anak Anda. Semoga para
pembaca bukan salah satu orang tua yang kelalaian terhadap perilaku anak dan
juga bukan salah satu anak yang sedang bolos sekolah dan memilih ke warnet.
Gunakan fasilitas warnet sebaik-baiknya untuk menambah ilmu dan wawasan yang
lebih luas.
Ya sudahlah, terlalu panjang juga untuk
dibahas lebih lanjut, dan jika saya teruskan semakin lama ini bisa-bisa menjadi sebuah PI
(Penulisan Ilmiah). Jadi saya selesaikan saja sampai disini selain takut
semakin kacau, saya juga sudah mulai lelah. See ya next time… XD
Referensi gambar: