Saturday, November 23, 2013

Anak Jalanan/Anak Warnet??

        Pagi hari ini saya terbangun dengan mata yang bengkak, wajah yang kusut, rambut berantakan dan enggak ada niat sedikit pun untuk berangkat kuliah. Mengingat hari ini adalah mata kuliah Statistika yang jelas jauh dari minat saya (Memang apa minatnya? Enggak ada). Saat ini pun saya mengetik tulisan enggak jelas ini ditengah-tengah dosen tercinta mengajar, tapi karena rasa kantuk yang luar biasa melanda akhirnya saya memilih untuk bercerita ngalor ngidul. Ada salah satu dosen saya yang menasihati agar sebagai mahasiswa, kami harus rajin membaca dan menulis agar dapat berpikir lebih kritis dengan wawasan yang lebih luas. Yang dimaksud dosen tentunya membaca dan menulis apa yang sesuai dengan mata kulah, jurusan, dan fakultas yang sedang dijalani saat ini, kebetulan saya bagian dari mahasiswi Ilmu Komunikasi maka seharusnya tentang Komunikasilah yang saya pelajari. Namun kesukaan saya yang lebih dominan membaca novel dan menulis hal-hal yang enggak jelas membawa saya kesini. Pada kesempatan kali ini, entah kenapa saya tertarik untuk membahas tentang anak jalanan.
        Pernahkah kalian melihat anak jalanan? Anak-anak dibawah umur yang berada di jalanan, mengamen, mengemis dengan wajah yang memelas sehingga membuat orang-orang di sekitarnya merasa kasian dan iba sehingga memberikan beberapa receh atau lembaran uang untuknya. Atau pernah merasa kesal dengan mereka yang meminta dengan paksa? Sehingga kalian memberi mereka uang hanya karena merasa takut mereka bertindak nekat dan mencelakai kalian? Atau ada yang punya kisah lain? Saya pribadi pernah mengalami kisah yang berbeda dari yang sudah saya tanyakan sebelumnya, yaitu menemukan anak jalanan yang dengan sengaja mengotori wajahnya, mengemis, mengamen hanya demi diberi uang untuk main ke warnet. Ya mereka dengan asyik pergi ke warnet dan bermain game online. Sebenarnya mereka bukanlah anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, sebagian dari mereka adalah anak-anak dari keluarga sederhana namun berkecukupan. Rasa malas mereka untuk sekolah membawa mereka ke pintu gerbang warnet (apa kali pintu gerbang warnet -_-). Uang saku yang jelas diberikan oleh orang tua mereka dengan maksud untuk jajan (makanan) berakhir di laci keuangan warnet. Dan bagi mereka yang sudah ketagihan dengan euforia kemenangan pada games-games tertentu tetapi tidak memiliki uang lebih dan merasa takut jika harus meminta uang saku tambahan dari orang tua mereka, maka mereka nekat menjadi anak-anak jalanan palsu demi mendapatkan uang tambahan.
     Lalu siapa yang harus disalahkan atas peristiwa tersebut, apakah industri warnet? Apakah para kreator games? Apakah orang tua anak-anak jalanan palsu tersebut? Atau dari anak-anak itu sendiri? Sulit untuk memastikan siapa yang bersalah. Karena tidak jarang didikan orang tua yang sudah baik, tapi dari anaknya sendiri yang akhirnya melakukan kesalahan. Memang sejak dini anak-anak harus diajarkan hal-hal baik dari keluarga, pendidikan agama dan pendidikan sosial pun wajib turut serta mendampingi anak sejak dini. Namun ajaran-ajaran dari lingkungan sekitarlah yang biasanya lebih memengaruhi anak dalam membentuk sifat dan sikap pada kesehariannya. Anak-anak tidak dapat dituntut terlalu mengikuti peraturan, ada kalanya orang tua hanya memperhatikannya dari belakang dan menyentuh bahkan memegangnya hanya disaat dia butuh atau mulai keluar dari jalurnya. Anak-anak yang terlalu dikekang biasanya akan menjadi liar di kemudian hari, karena mereka baru merasa bebas dan selalu ingin mencoba segala hal yang baru entah hal baik maupun hal yang kurang baik untuk mereka. Mereka yang sebelumnya merasa terkurung hingga kurangnya pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap dunia luar akan membuat mereka salah jalan.

        Masuknya dunia globalisasi memang disertai hal-hal positif namun tidak menutup kemungkinan membuka jalan bagi hal-hal negative. Kecanduan anak terhadap warnet dengan berbagai macam alas an seperti mengerjakan tugas sekolah dan searching materi-materi guna menambah wawasan justru dapat membawa mereka ke jurang. Dari situs-situs game online hingga situs-situs porno dapat mereka dapatkan dengan mudahnya tanpa pengawasan ketat dari orang yang lebih dewasa di sisinya. Maka sebaiknya para orang tua harus lebih waspada kemana uang saku yang telah Anda berikan pada anak Anda. Semoga para pembaca bukan salah satu orang tua yang kelalaian terhadap perilaku anak dan juga bukan salah satu anak yang sedang bolos sekolah dan memilih ke warnet. Gunakan fasilitas warnet sebaik-baiknya untuk menambah ilmu dan wawasan yang lebih luas. 

        Ya sudahlah, terlalu panjang juga untuk dibahas lebih lanjut, dan jika saya teruskan semakin lama ini bisa-bisa menjadi sebuah PI (Penulisan Ilmiah). Jadi saya selesaikan saja sampai disini selain takut semakin kacau, saya juga sudah mulai lelah. See ya next time… XD

Referensi gambar:


No comments:

Post a Comment