Tuesday, November 12, 2013

Part 1



      Sebenarnya saya bingung mau mulai dari mana, ketikan ini dimulai tepat pukul 01.30 WIB dini hari pada tanggal 13 November 2013. Enggak tahu juga kenapa, dari tadi saya enggak bisa tidur dan kerjaannya cuma mentengin TL (timeline twitter). Sekalinya taro HP dan berniat merem, yang ada malah otaknya jalan terus (pertanyaannya, emang saya punya otak?). Jelas punya tapi jelas bukan untuk soal pelajaran.... Alahhh jadi ngaco. Enaknya metode pengetikannya formal apa enggak ya? Karena blog ini juga biasa saya pakai untuk tugas-tugas kampus, tapi kalau terlalu formal juga jadi agak kaku dan sulit untuk beradaptasi (?). Daripada bingung enggak jelas, yaudah kita (saya dan bayangan saya) putuskan untuk memakai metode pengetikan semi formal XD Jadi dibebaskan kata-kata gaul, emotikon unyu-unyu, dan lain sebagainya yang kita anggap sah dan halal.
        Baiklah dimulai dari perkenalan dulu aja kali ya, ceritanya mau eksis dan biar dikenal sama orang. Ini memang bukan postingan pertama saya di blog ini, cuma kalau enggak salah ingat saya belum pernah mengenalkan diri saya, latar belakang saya, serta riwayat pendidikan saya (berasa mau buat surat lamaran kerjaan -_-"). Kita mulai dari nama, nama saya Seciolivia Purtyani biasa dipanggil Seci atau Livi, anak tunggal dari bapak Purnomo Agus Trikoranto, SS dan ibu Meutia Wardhani Abjanti, SS. Dilahirkan ke dunia fana ini pada 09 Desember 1993 dengan berat 3,6 kg dan panjang 50 cm (plissss jangan nanya berat saya sekarang), tp tinggi berubah menjadi 165 cm di umur yang menjelang kepala dua ini. Dulu saya tinggal di salah satu perumahan (yang dulunya elite) di daerah Tangerang selama hampir seumur hidup saya. Pernah merasakan Taman Kanak-Kanan (TK) di TK Jaya, lalu meneruskan ke jenjang SD di SD N Cikoeya 2, dilanjutkan SMP N 02 Cisoka (kini SMP N 01 Solear), dan mengakhiri masa sekolah dengan seragam pada SMA S Mandiri Balaraja (Jangan nanya dimana...). Saat ini masih menjadi mahasiswi aktif fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma, saya menjadi salah satu mahasiswi beruntung yang mendapatkan beasiswa 100% dari kampus tersebut selama 4 tahun untuk mendapatkan gelar S1 Ilmu Komunikasi. Pada detik ini saya menjadi mahasiswi tingkat 3 yang lagi stres-stresnya menyiapkan bahan-bahan PI (Penulisan Ilmiah). PI ini yang akan menjadi syarat dalam membuat skripsi pada tingkat akhir nanti. Maka dari itu, saya benar-benar butuh sharing walau enggak jelas yang setidaknya bisa mengurangi beban otak saya yang masih dicurigai keberadaannya.

        Pertama kali masuk Gunadarma tahun 2011....eitttssss SALAH.. Pertama kali masuk Gunadarma saat saya masih kecil dan ikut tante saya yang notabenenya salah satu dosen Univ. tersebut. Tapi jangan berpikir saya bisa masuk karena ada campur tangan beliau, tapi karena saya beruntung. Yakin banget dewi Fortuna itu disebelah terus, amin. Jika boleh lebih terbuka, Universitas Gunadarma bukan pilihan pertama saya saat memasuki kelas 3 SMA, tetapi jalan berkata lain dan membawa saya ke Univ. Gunadarma. Bukan sebagai yang terpintar, bukan juga sebagai yang tidak layak di kampus ini. Hanya saja sekali lagi saya hanya beruntung. Merasakan minder minta ampun di kelas? PASTI, SERING, SELALU, dan sepertinya SELAMANYA. Bukan talenta saya dalam hal berkomunikasi, ketika marah saya akan berkata kasar, ketika cemburu saya diam, ketika takut saya gagap, ketika sedih saya hanya menangis, ketika saya 4L4y saya akan sok imut. Saya bukan seseorang yang pintar dalam memilih kata dan berkomunikasi dengan baik dengan diri saya (intra personal) atau dengan orang lain (inter personal). Mungkin saya nyangsang di fakultas ini, tapi kalau iya, saya harusnya dimana? Berkali-kali saya tanyakan hal tersebut pada diri saya, tapi saya tidak dapat mengetahui jawabannya. Saya bukan seseorang yang ahli dengan hitung-menghitung, dan saya juga enggak ahli dengan hafalan. Saya menyukai sesuatu hanya saat saya mood saja. Saya suka menulis, membaca (novel, BUKAN metodologi dan teman-temannya), bermain piano (hanya pada dasar C D E F G A B C), saya suka bernyanyi (pernah menjadi bagian dari Swara Darmagita, Choir Univ. Gunadarma) dan saya suka binatang (cacing, serangga, hewan ternak bukan bagian dari yang saya sukai), saya pun suka mendesain gaun-gaun unyu (masih mengikuti gaya fashion khas orang lain). Saya tidak memiliki keahlian khusus pada salah satu bidang, tetapi saya menyukai semua itu dan hanya pada periode tertentu saja.

        Kalau ditanya sibuk apa saat ini, saya akan menjawab: Sibuk mengkhayal. Ya saya mengkhayal kapan saya lulus, kapan saya bisa menemukan bakat saya, keahlian saya, dan berhenti menjadi benalu bagi orang-orang di sekitar saya. Selain itu, saat ini saya sibuk dengan burung hantu kecil kesayangan saya, Wigel dan kura-kura yang dulunya kecil sekarang sudah berat untuk digendong, Frankleen. Seperti yang tadi saya beri tahu, saya suka binatang. Untuk kesibukan kampus, setelah saya memutuskan berhenti menjadi bagian dari choir Swara Darmagita, saya kini hanya menjadi kupu-kupu (kuliah pulang, kuliah pulang). Sibuk sih enggak juga, cuma terkadang merasa menjadi sendiri dan disibuki oleh pekerjaan kampus yang sebenarnya bisa dikerjakan bersama (kelompok). Curhat dikit (banyak mungkin), belum lama ini dan masih berjalan hingga saat ini, saya menjadi bagian dari kelompok salah satu mata kuliah yang terdiri dari tiga orang. Hanya saja pada kenyataan yang ada, saya hanya bekerja sendiri, kenapa begitu? Mungkin tidak sepenuhnya sendiri, tapi dengan pembagian sistem kerja yang kurang adil membawa saya ke dalam kelelahan yang amat dahsyat (ceritanya lebay). Saya mencari materi, merombaknya hingga berbentuk makalah, menjadikan power point, memasukkan suara saya yang membaca materi. Sedangkan satu teman saya hanya mengedit video yang jauh dari kata kreatif, satunya lagi asyik sendiri (katanya orang entertaint <- benar enggak sih tulisannya? maaf kalau salah). Tapi ketika dipresentasikan di depan kelas dan dianggap "buruk" dengan kekuarangan materi, tidak menguasai materi, kurang personil, video aneh dan membosankan, diakhiri dengan saya yang disalahkan sepenuhnya oleh teman (bukan pada arti sesungguhnya) sekelompok saya. Rasanya mau marah, nangis, teriak-teriak enggak jelas, pokoknya sudah diambang kegilaan mungkin, tapi yasudahlah ya inilah dunia kampus. Sudah ah cerita bagian itu, huft mulai lelah dan mata mulai setengah.. -o- Selain itu, saat ini tepat siang tadi menjadi panitia dua lusin pembentukan himpunan pada divisi acara (ceritanya bangga).
        O iya, sebelumnya sudah pada baca novel karya saya belum? Saya menulis novel berjudul "Aku" yang tidak diterbitkan dengan buku, tetapi saya posting pada blog ini juga. Cerita cinta anak remaja (cailehhhh.. ) yang diceritakan dengan alur maju mundur (eps. ganjil alur maju dan eps. genap alur mundur). Ya kalau masih bingung silahkan dibaca dulu, kalau masih bingung mungkin yang ketiknya "agak-agak" XD Tapi sampai saat ini sih belum diteruskan lagi, dan masih mandeg di eps. 3, jadi kalau mau baca baru eps. 1 dan 2 saja yang sudah dipostingkan. Maklum kan ceritanya orang sibuk, jadi suka enggak ada waktu buat mengkhayal dan meneruskan cerita tersebut.

        TK, SD, SMP, SMA, Kampus, curhat, novel, hmm apalagi ya? Ohh soal cinta..Eaaaa Okay, saya pemilik lengkap Seciolivia Purtyani ini sudah resmi menjadi kekasih dari Kusnanto (Aponk/Anto), pria sederhana yang sempurna di mata saya. Salah satu alumni SMK N 01 Jakarta Budi Utomo (Boedoet) lulusan tahun 2011 dan kini menjadi pekerja di Denso, Cikarang. Lelaki yang telah menyatakan cintanya pada saya tepat tanggal 06 Juni 2012 dan melakukan ritual (berasa mistis malahan) tukar cincin dihadapan kedua orang tua kami pada 09 Desember 2012. Tenang, belum sampai pelaminan karena kondisi ekonomi, mental dan kampus (aturan dilarang menikah sebelum lulus). Mengenal laki-laki ini hampir 2 tahun belakangan ini (dulunya mantan orang yang paling dekat, sebut saja G), dan kini kami sudah menjadi sepasang kekasih selama 17 bulan. Banyak halang rintangan menjadi seorang pelajar, tetapi juga sudah bisa dibilang telah terikat pada komitmen antar dua sejoli. Ketika tugas memaksa untuk fokus, sang kekasih juga minta perhatian. Memilah dan memilih waktu ternyata sulit juga, antara tugas, kekasih, teman, saudara, keluarga. Tetapi sekali lagi inilah hidup, tanpa rintangan tanpa kenangan, simple.
        Baiklah, berhubung mata sudah menuntut untuk istirahat, dan otak (yang masih belum diketahui keberadaannya) sudah mulai shut down, maka sekian tulisan gila saya ini. Mudah-mudahan lain waktu bisa nulis lagi dan yang pasti bisa meneruskan novel eps. 3 dan seterusnya, amin. Terima kasih buat yang sudah mau baca, sampai jumpa. ;)

No comments:

Post a Comment